Sebagai pelaku usaha, Anda kini sangat perlu memperhatikan tren beriklan yang mulai merambah ke para pencipta video blogger atau vlog. Para creator dari vlog tersebut umumnya telah menciptakan konten secara konsisten sehingga menciptakan massa yang mengagumi karya mereka dalam bentuk vlog. Lembaga riset bertaraf internasional yang secara khusus meneliti mengenai pasar digital, GlobalWebIndex pada tahun 2015 menyebut media seperti berkonten dasar video tersebut mengikat sebanyak 50 persen masyarakat dengan usia 16-34 tahun untuk menjadi penonton setia. Itu artinya, fenomena ini dapat dimanfaatkan bagi pelaku-pelaku usaha untuk melakukan promo-promo bahkan campaign komersial.
Lalu, langkah selanjutnya, bagaimana cara pelaku usaha untuk memilih vlogger?
Ketika menggunakan jasa vlogger, brand harus memastikan bahwa konten yang mereka ciptakan merupakan konten yang kreatif dan orisinal. Dua hal tersebut adalah kekuatan dari vlogger yang tidak dimiliki oleh korporat brand. Pelaku usaha juga perlu untuk mencari tahu kredibilitas dari vlogger agar kerja sama yang akan terjalin lebih lancar.
Seperti pada contoh industri perbankan BCA yang memiliki kriteria tertentu terhadap pemilihan vlogger. “Kami memiliki kriteria untuk para vlogger ini selain punya engagement yang baik, mereka juga harus bisa menciptakan konten yang orisinil, kreatif. Selain itu kami juga melakukan background check untuk memastikan kredibilitas mereka,” terang Norisa, Vice President dari Bank BCA.
Brand tentunya diharapkan untuk melakukan riset apa kah vlogger tersebut memiliki engagement yang kuat terhadap target market yang dituju. Hal ini dapat dilihat juga dari sejarah kerja sama brand lain yang sudah bekerja sama dengan vlogger incaran Anda.
Selain itu, Anda perlu juga meneliti, apa kah vlogger tersebut memiliki audience yang sesuai dengan target market Anda. Misalnya, jika Anda memiliki bisnis pada sektor kuliner dengan menjual makanan kemasan berupa Rendang, maka ada baiknya jika Anda memilih vlogger yang memiliki image bahwa ia antusias dengan bidang kuliner.
“Lewat kreasi vlogger, brand dapat menyasar kalangan yang sangat segmented sesuai dengan target audiensdari brand,” ujar Ardha Marlock, Account Manager PT Rumah Kreatif IVG.
Dalam memilih vlogger, Ardha Marlock mengatakan bahwa selama ini memang masih banyak brand yang melihat dari jumlah followers di media sosial arus utama, seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan YouTube. Brand juga jarang melihat analitik dari vloggers, semasih vloggers tersebut popular.
Maka dari itu, brand diharapkan menjalin hubungan baik satu sama lain. Hal tersebut yang dikemukakan oleh Bayu Skak, seorang Vlogger yang sering menjalin kerja sama dengan banyak brand. Ia berpendapat bahwa Vlogger dan brand merupakan hubungan yang saling menguntungkan dan membutuhkan. “Hubungan antara vlogger dan brand itu sebenarnya simbiosis mutualisme. Brand mendapatkan ruang promosi yang luas karena sekarang orang-orang ada di YouTube. Roda ekonomi vlogger berputar. Ada yang mau memasukan uang ke kami. Kami senang dapat penghasilan dan bisa beli kamera dan komputer yang baru untuk ciptakan konten yang lebih bagus,” ujarnya.