Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Menteri pada sektor perikanan Indonesia Susi Pudjiastuti. Selain menjadi perempuan pertama yang dilantik Presiden Jokowi pada kabinet kementrian, Susi Pudjiastuti juga satu-satunya menteri dalam Kabinet yang tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Meskipu hanya lulusan SMP, namun kinerjanya sangat menonjol dalam jajaran kabinet. Hal ini dikarenakan kebijakan-kebijakannya, terutama penertiban terhadap illegal fishing sangat diapresiasi oleh masyarakat.
Tentu saja, saat ia ditunjuk Presiden Joko Widodo pada 27 Oktober 2014 sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, sangat pihak banyak yang meragukan kemampuannya, terlebih jika melihat latar belakang pendidikan formal Susi yang sampai Sekolah Menengah Pertama.
Namun, ia menjawab semua keraguan publik dengan menunjukkan berbagai bukti dan prestasi. Sejak menjabat, ia dengan konsisten memerangi pencurian ikan oleh kapal-kapal asing di laut Indonesia. Data yang dilansir oleh media Detik.com mencatat bahwa 2016 sudah terdapat 236 kapal pencuri ikan yang ditenggelamkan oleh Menteri Susi.
Sebelum Susi Pudjiastuti dipilih menjadi Menteri pun ia dengan sukses mendirikan bisnis sebagai pedagang pengepul ikan di Pangandaran dengan modal dari menjual perhiasan miliknya. Bisnis tersebut pun berkembang, dan kini berhasil mendirikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir produk-produk hasil-hasil perikanan. Bisnis tersebut pun kian maju dari tahun ke tahun. Dan langkah selanjutnya yang ia lakukan adalah dengan meminjam dana yang berasal dari bank dan membeli sebuah pesawat untuk mempermudah pengangkutan produk lautnya. Kemudian dia menambah satu demi satu pesawat dan pada akhirnya mendirikan maskapai penerbangan Susi Air di bawah naungan PT ASI Pudjiastuti Aviation.
Berada pada industri yang dikerjakan oleh mayoritas laki-laki tidak membuat Susi menjadi rendah diri. Ia menekankan bahwa hal tersebut bukan penghalang, dan menganggap tugas tersebut merupakan hal yang lumrah tanpa harus memandang jenis kelamin.
“Saya kalau kerja tidak pikir laki-laki atau perempuan. Saya tida pernah merasa sendirian karena banyaknya laki-laki. Sama saja. Kalau orang lain bisa, ya saya juga bisa.” tambahnya saat ditanya mengenai perbedaan tugas antara perempuan dan laki-laki.
Ia pun berpesan pada perempuan-perempuan lain yang ingin mendalami dunia bisnis yang didominasi laki-laki, untuk tidak perlu merasa takut atau minder. “Kita perlu stop mempermasalahkan soal gender. Kerja, bergerak, berkarir, berprestasi tanpa berpikir ‘saya perempuan’, ‘saya tidak boleh ini’, ‘saya tidak boleh itu’. Jangan pikir gender itu handicap dan persoalan” ujar Susi.