Terkadang banyak pelaku bisnis yang meremehkan, dan hanya mementingkan nominal penjualan. Namun, tahukah Anda bahwa detail seperti cara berkomunikasi memegang pengaruh yang cukup penting untuk pendekatan yang efektif terhadap konsumen?
Sebagai studi kasus pengemasan komunikasi yang efektif terhadap konsumen kali ini adalah perusahaan Combiphar, yang mengakuisisi produk obat tetes mata Insto. Meskipun sejak awal obat tetes mata tidak cukupfamiliar pada kebiasaan masyarakat Indonesia, Combiphar tidak mundur dan menyerah. Combiphar secara terus-menerus melakukan publikasi kampanye dengan tujuan product knowledge. Fara Feddia, sebagai Brand Manager PT Combiphar, mengutarakan sebuah riset bahwa 9 dari 10 orang di Indonesia pasti pernah mengalami iritasi mata ringan, namun sayangnya baru 1 dari 9 orang tersebut yang menggunakan obat tetes mata.
Jika melakukan perbandingan pada negara-negara lain, budaya masyarakat untuk mengobati mata iritasi dengan obat tetes mata sangat rendah, karena berbagai faktor seperti takut dan belum terbiasa. Maka dari itu, Combiphar melakukan teknik yang kreatif.
Dengan target market Insto yang menasar konsumen yang mengalami iritasi mata ringan dan mata kering ini memiliki tiga jenis yang berdasar pada occasion-nya. Ketiga hal tersebut adalah pengendara motor, mereka yang kerap berlama-lama memandang layar gadget, serta para pelajar yang membaca dengan durasi lama.
Tujuan pengelompokan tersebut sangat penting, meskipun tidak menutup kemungkinan obat tetes ini digunakan oleh konsumen dengan kebutuhan yang lain, seperti contoh ibu rumah tangga saat terkena asap memasak, saat berenang, ataupun terkena asap rokok. Sementara dari rentang usia, konsumen Insto didominasi oleh segmen muda antara usia 18─28 tahun dengan karakteristik mobile dan produktif.
Dengan target market seperti yang dijelaskan di atas, tentu bentuk komunikasi yang dibangun juga memerlukan pencocokan karakteristik dengan target pasar yang dituju. Salah satu media yang dipilih oleh Insto untuk mendekatkan diri pada konsumen adalah ranah digital, dengan dibuatnya jingle iklan akan memberi kesan yang santai dan ringan, sehingga akan jauh dari kesan obat farmasi dengan kandungan mengerikan. Teknik lain yang digunakan adalah dengan menciptakan video kampanye di Youtube dengan tema #BukaMataBukaInsto.
Tidak lupa juga Insto memaksimalkan akun media sosial milik mereka seperti Facebook dan Instagram dengan memaksimalkan engagement. Jenis interaksi yang paling sering dilakukan adalah membuat kontes foto dengan sasaran 40 ribu follower-nya.
Selain promosi-promosi yang menyasar ranah digital, hal-hal lain seperti ketersediaan produk di pasaran, alias elemen mudah dijangkaunya produk tidak lepas menjadi elemen penentu apakah sebuah merek dapat ramai dibeli. “Konsumen obat tetes mata memiliki loyalitas yang rendah ketimbang produk farmasi lainnya. Jadi harus kami siasati dengan inovasi produk, availability, dan distribusi yang baik,” tutur Fara Feddia, sebagai Brand Manager PT Combiphar. Semua taktik branding di atas terbukti dengan tingginya nilai laba yang dimiliki Insto, yaitu mencapai Rp350 miliar per tahun. ?
Semoga artikel di atas bisa membantu teknik branding dan pemasaran bisnis Anda, ya! Jangan lupa untuk mengemasnya dalam konsep yang kreatif. Selamat bermarketing ria! ?